Rabu, 23 April 2008

PEmbangkit tEnagA PiSang

by. Shendy Akbar Andhyka 1PB _A-IP

Pembangkit Listrik Tenaga Pisang
BRISBANE -- Australia tak hanya perhatian dengan sumber energi terbarukan yang tersedia langsung di alam seperti sinar matahari. Mereka juga mencari sumber energi baru itu dari limbah tanaman. Jadilah pembangkit listrik berbahan bakar pisang.
Teknologi itu dikembangkan para insinyur University of Queensland di Brisbane, Australia. Mereka berharap dapat membangun sebuah pembangkit listrik skala besar yang mampu menyalurkan listrik ke 500 rumah.
Ide ini bermula dari risinya mereka melihat berlimpahnya pisang yang baru dipanen. Bertandan-tandan pisang dibiarkan tak terangkut ke pasar setiap tahunnya. Sebagian besar memang tidak dapat masuk ke toko-toko buah dan dibiarkan membusuk di tanah. Betapa tidak, North Queensland merupakan penghasil pisang tertinggi di Australia. Sekitar 80 persen atau 254 ton dari total produksi pisang Australia berasal dari sini. Ada sekitar 11 ribu hektare kebun pisang dari hampir 600 petani pisang di wilayah itu. Sayangnya, setiap tahunnya lebih dari 20 ribu ton pisang yang tidak dapat masuk ke toko buah. Pisang-pisang itu, jika terus berada di tanah, dapat merusak tanah itu sendiri. Itulah alasan mengapa Australian Banana Growers' Council menemui doktor Bill Clarke, dosen teknik di University of Queensland dan mengajukan gagasan untuk menjadikan pisang-pisang itu sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik. Bill Clarke memang patut ditemui karena ia telah berhasil membangkitkan listrik dari pisang di laboratoriumnya. Teknologi yang digunakan Clarke terbilang sederhana. Ia memasukkan pisang-pisang ke dalam peti penampungan yang tertutup rapat. Pisang-pisang itu dibiarkan terdekomposisi sehingga menghasilkan gas metana. Kemudian, gas yang dihasilkan menjadi sumber tenaga untuk turbin yang menghasilkan listrik. Sejauh ini, pembangkit kecil skala laboratorium itu berjalan lancar. Tetapi, masih dibutuhkan pengujian apakah gagasan ini dapat dikembangkan secara komersial, setidaknya untuk saat ini. "Kami tak tahu apakah pisang merupakan sebuah sumber energi yang berbiaya efektif," kata Clarke. Tentu saja, soalnya parameter riset Clarke khusus dirancang untuk menemukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah pisang menjadi metana dan berapa banyak gas metana yang dihasilkan. Riset itu juga melibatkan jenis bahan baku pisang yang dimasukkan, seperti pisang yang telah dijadikan bubur atau berupa irisan untuk menemukan cara paling efektif membuatnya terdekomposisi. Juga menambahkan enzim tertentu yang dapat mempercepatnya. Namun, Clarke menjanjikan bahwa pada Februari tahun depan, ia sudah dapat memastikan apakah pisang merupakan sumber energi yang memungkinkan. Jika jawabannya ya, tak menutup kemungkinan industri pisang akan membangun sebuah pembangkit listrik tenaga pisang yang mampu menyalurkan energi ke 500 rumah tangga. Kalaulah ini terwujud, petani pisang akan mendapat sumber pendapatan baru. Mereka tak lagi harus menjual pisang hanya ke toko buah atau pasar, tapi juga ke pemilik pembangkit listrik tenaga pisang tersebut. Meski potensi keuntungan yang dapat menggiurkan, Clarke juga mengingatkan kelemahan teknologi ini: butuh pisang yang amat banyak untuk menghasilkan sedikit listrik saja. Ia memberi contoh: butuh 60 kilogram pisang untuk dapat menyalakan alat elektronik rumah tangga seperti kipas pemanas ruangan (sekitar 1.000 watt) selama 30 jam.dody hidayat/bbc news/australian banana growers' council

Tidak ada komentar: